Tuesday, May 1, 2007

Karya Lukis Raden Saleh Kurang Dihargai Pemerintah

Jakarta, Kompas - Salah satu nama pelukis di Indonesia yang nyaris dikenali oleh seluruh rakyat Indonesia adalah Raden Saleh. Akan tetapi, umumnya perangai dunia informasi masa lalu di Indonesia sering kali hanya mengenal nama tokoh tanpa tahu dan mengenal secara akrab wajah maupun biodata sang tokoh. Seperti nasib Raden Saleh, namanya seakan hanya sebagai sebuah mitos atau legenda saja.

Hal itu disampaikan Maman Noor, dosen seni rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB), Selasa (18/5), dalam acara "Diskusi Sehari Mengenang Pelukis Raden Saleh" yang diselenggarakan Museum Seni Rupa dan Keramik. Dalam diskusi itu, Maman mencoba mengangkat peran pemerintah dalam menghargai karya-karya pelukis legendaris, seperti Raden Saleh.

Reproduksi beberapa lukisan Raden Saleh ikut dipamerkan dalam acara tersebut. Selain itu, pameran lukisan juga diikuti oleh 11 pelukis masa kini. "Pameran diselenggarakan sebagai sarana penyadaran publik untuk mengenang jiwa heroisme dan patriotisme Raden Saleh," kata Kepala Museum Seni Rupa dan Keramik Sri Warso Wahono.

Maman mengatakan, nama Raden Saleh menjadi besar justru oleh orang-orang Belanda. Nama Raden Saleh bergaung di ruang-ruang istana sampai ke ruang-ruang rakyat juga karena peran orang Belanda.

Di Indonesia ada beberapa lukisan Raden Saleh yang sangat dikenal orang. Contohnya, lukisan "Perjuangan Antara Hidup dan Mati" mengalami duplikasi visual yang sempat hadir di mana-mana, mulai dari ruang-ruang elite sampai di balik sandaran becak. "Lukisan itu mudah dikenali, tetapi judulnya tidak pernah diketahui orang," kata Maman.

Maman menganggap pemerintah tidak mau tahu untuk melestarikan dan ikut mengangkat nama Raden Saleh yang makin hari makin dilupakan orang. Menurut Maman, pemerintah tidak menghargai Raden Saleh karena dianggap tidak berjasa bagi bangsa dan negara. "Tanah warisan Raden Saleh dicincang-cincang demi pembangunan ekonomi kota. Makamnya di Bogor tidak terurus," kata Maman.

Sementara itu, kritikus lukisan dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, Suwarno Wisetrotomo, merasa prihatin dengan karya lukis Raden Saleh yang tidak dipelihara dengan baik. Ia melihat karya Raden Saleh berupa potret Sultan Hamengku Buwono IV, VI, dan VII yang disimpan di Keraton Yogyakarta dalam kondisi tidak terawat. "Kalau tidak segera diselamatkan, karya seni itu bisa musnah," ujar Suwarno.

Suwarno melihat sosok Raden Saleh memiliki peran besar terhadap bangsa ini. Dalam realitas masyarakat-terkait dengan realitas politik, ekonomi, sosial, dan kultural-yang penuh pergolakan dan ketegangan itulah, Raden Saleh tumbuh dan berkembang.

Raden Saleh menjadi sosok "anomali" pada zamannya, seorang pribumi Jawa yang memiliki kemampuan menembus batas-batas bangsa. Dengan karya lukisannya, Raden Saleh mampu memasuki lingkaran elite bangsawan dan elite birokrasi di Jawa maupun Eropa. "Melalui potret- potret yang dilukisnya, Raden Saleh menggunakan karyanya untuk kepentingan lobi," kata Suwarno.

Hingga saat ini, di kalangan seni rupa Indonesia masih terjadi kontroversi soal peran Raden Saleh terhadap dunia seni rupa Indonesia. "Terlepas dari kontroversi itu, karya Raden Saleh merupakan aset negara yang harus dilestarikan. Seperti di negara Belanda, banyak ditemui reproduksi lukisan Rembrandt," kata Suwarno.

Suwarno melihat ada empat tema besar dari karya-karya Raden Saleh, yaitu tema potret, panorama, binatang, dan manusia dalam lingkaran drama. Lukisan bertema binatang, menurut dia, menunjukkan kematangan teknik dan ide. Melalui lukisan binatang, Raden Saleh menggambarkan pandangan kritis terhadap persoalan sosial, kultural, dan politik serta renungannya tentang hidup dan kehidupan. (IND)Kompas Rabu, 19 Mei 2004

No comments: